Kapal Riset Geomarin III milik Kementerian ESDM menemukan potensi gas biogenik atau gas laut dangkal di cekungan perairan Bali bagian utara.

Badan Pusat Penelitian Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) Kementerian ESDM Ediar Usman saat kunjungan (openship) ke Kapal Geomarin III, yang tengah bersandar di Pelabuhan Benoa, Bali, Sabtu, mengatakan potensi gas biogenik tersebut diperoleh berdasarkan penelitian pada periode 26 April-19 Mei 2017.

Hasil temuan gas biogenik ini akan diusulkan menjadi wilayah kerja migas baru,” katanya kepada Antara.

Kapal Riset Geomarin III, yang dioperasikan P3GL tersebut meneliti potensi dua dimensi sektor geologi, migas, dan energi di laut.

Menurut Ediar, pihaknya kini fokus meriset gas biogenik yang memiliki kedalaman antara 500-1.000 m di bawah dasar laut. Sehingga biaya investasinya menjadi lebih murah dibandingkan gas konvensional, yang berada di kedalaman di atas 1.000 m.

“Tidak hanya itu saja temuan gas  di dalam laut Indonesia kini juga makin sulit. Terakhir, ditemukan sekitar 20 tahun lalu seperti Tangguh dan Masela. Oleh karena itu, kenapa kita tidak ke laut dangkal atau gas biogenik ini,” ujarnya.

Gas biogenik Indonesia potensial

Ia menambahkan Indonesia memiliki potensi gas biogenik yang cukup besar.

Salah satu gas biogenik yang sudah dihasilkan adalah dari Lapangan Kepodang, Blok Muriah dengan kapasitas 350 MMSCFD di perairan Jawa Tengah bagian utara.

Saat ini, terdeteksi 10 cekungan gas biogenik di Indonesia yakni Sibolga, Sumatera bagian tengah, dan Sumatera Selatan. Seterus nya Jawa Timur-Bali bagian utara,Jawa Barat bagian utara,  , Tarakan, Sengkang, dan Waipoga,Barito, Kutai.

“Kami mulai di perairan Bali utara ini,” katanya.

Pada 2018, menurut dia, Kapal Geomarin III buatan PT PAL (Persero) yang dioperasikan sejak 2009, akan meneliti potensi gas biogenik di Waipoga, Papua.

Dan kegunaan kapal riset Geomarin III jauh lebih bagus dari pada memakai jasa pihak swasta atau asing.

Data 2010, total biaya investasi seismik dua dimensi yang dilakukan pihak swasta atau asing mencapai Rp8,2 triliun atau Rp200 juta per km.

“Dengan kapal Geomarin III ini hanya Rp3 juta per km,” katanya.

Kapal riset geomarin perlu dilanjutkan

Ke depan, lanjutnya, pihaknya mengusulkan pembuatan Kapal Geomarin IV dengan perkiraan investasi Rp700 miliar untuk mencapai kedaulatan data kelautan nasional.

“Geomarin IV ini dirancang untuk seismik tiga dimensi, jadi lebih canggih,” katanya.

Ediar menambahkan selain gas biogenik, Kapal Geomarin III juga akan melakukan riset potensi energi panas laut  atau ocean thermal energy conversion (OTEC).

Kemampuan OTEC yang mengunakan perbedaan temperatur suhu laut itu berada di kedalaman minimal 600 meter di bawah permukaan air laut.

“Kami akan mulai riset OTEC besok 21 Mei 2017 dengan fokus di perairan Bali utara yang laut dalamnya cukup dekat pantai.

0 comments so far,add yours

Note: Only a member of this blog may post a comment.